Tinjau PLTP Tompaso, Menteri Jonan: Harus Untungkan Semua Pihak

Tompaso, Fajarmanado.com – Menteri ESDM Ignasius Jonan, Sabtu (26/11), siang tadi meninjau langsung keberadaan Pembangkit Linstrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) unit 5 dan 6 di lokasi sumur cluster 27, Desa Talikuran, Kecamatan Tompaso.

Mantan Menteri Perhubungan ini tiba sekitar jam 13.30 WITA bersama Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Kapolda Irjen Wilmar Marpaung, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Irfan Zainuddin, Direktur Hulu PT Pertamina Syamsu Alam Manajer Area PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lahendong, Salvius Patangke.

Tampak ikut mendamping rombongan menteri, juga  Wakil Walikota Tomohon Syerly Adelyn Sompotan, Sekkot Tomohon Dr Arnold “Noldy” Poli, SH, MAP dan  Asisten I Setdaprov Provinsi Drs Sanny Parengkuan.

Sementara Bupati Minahasa Drs Jantje Wowiling Sajow, MSi, Kapolres Minahasa AKBP Syamsubair, SIK, Kasat Pol PP Meidy Rengkuan, SH, MAP dan  dan Camat Tompaso Barat Engelbert Raintung, SE telah tiba lebih dulu.

Mengenakan helm putih dan jaket merah putih biru,  atribut Pertamina ini, Menteri Jonan dan Gubernur Olly bersama rombongan langsung menuju dan meninjau keberadaan sumur dan jaringan PLTP yang tengah beroperasi.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, didampingi Manajer Area PT PGE Area Lahendong Salvius Patangke menjelaskan panjang lebar mekanisme eksploitasi panas bumi, mulai dari pemanfaatan energi panas bumi sampai pada pembungan air limbah yang diinjeksikan menuju sumur injeksi yang berjarak sekitar 3 kilometer.

Menurutnya, ada enam sumur PGE yang dikerjakan di area Tompaso dan sekitarnya selang tahun 2008 sampai 2014.

Baca Juga :  Ivansa Berbaur dengan Peserta Konggres Masyarakat Adat Sulut di Medan

Pengeboran itu diawali untuk kluster 27 PGE yang  resmi dimulai pada 23 Septeber dan berakhir pada 26 November 2008 dengan kedalaman 1.737 meter. Kemudian, 11 Desember 2008-3 Pebruari  2009,  sumur LHD kluster 33 (dalam 1.994 meter).

Selanjutnya, selang 8 Pebruari-3 April 2009, LHD kluster 34 (dalam 1,772) meter, 20 Oktober-25 Desember 2009 LHD kluster 31 (dalam 1.950 meter), 2 September-11 Oktober 2014 LHD kluster 42 (dalam 1.639 meter), dan selama 24 Oktober-26 November 2014 LHD 43, juga dengan kedalaman yang sama, yakni 1.639.

PGE Area Lahendong merupakan wilayah WKP milik PGE  yang mengoperasikan pemanfaatan panas bumi pada Area Geothermal di daerah Lahendong-Tomohon.

Setelah mengembangkan dan mengoperasikan PLTP Unit 1,2,3 dan 4 dengan kapasitas masing-masing unit sebesar 20 Megawatt (MW) yang dilakukan bertahap sejak 2001 hingga 2011, mulai 2015.

“PLTP Unit 5 & 6 ini juga berkapasitas 2 X 20 MW,” ungkap Patangke.

PLTP Unit 5 & 6 merupakan Total Project dengan total investasi sebesar US$282,07 juta, di mana sejak tahap eksploitasi panas bumi hingga pembangkitan listrik dilakukan oleh PGE.

“Listrik yang diproduksi ini akan disalurkan kepada PLN, ujarnya.

Eksploitasi panas bumi PLTP unit 5 dan 6 ini, berbeda dengan PLTP Unit 1-4. Jika unit 1-4 PGE hanya menjual uap kepada PLN tapi unit 5 dan 6 yang dijual PGE kepada PLN sudah berbentuk aliran listrik.

“Listrik yang diproduksi di sini akan dikoneksikan dengan stasiun PLN yang berada di dekat sini, lokasinya baru saja kita lewati datang ke sini, Pak,” jelas Patangke sambil menunjuk arah Utara.

Baca Juga :  Dugaan Pungli, Polda Sulut Periksa 7 Jam Dirut PD Pasar Manado

Menteri Jonan mengapresiasi pengoperasian unit 5 dan 6 PGE Area Lahendong di Tompaso. Ini praktis memberi konstribusi listrik di wilayah Suluttenggo.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, katanya, Presiden Joko Widodo mengharapkan panas bumi dapat memberi kontribusi sampai 1.300 MW, sekarang masih mencapai sekitar 500 MW lebih.

Ia kemudian mengungkapkan bahwa pembangunan energi listrik sangat diharapkan peranserta pihak swasta maupun asing karena dana APBN masih sangat terbatas.

Namun, lanjutnya, ada tantangan yang muncul. Tantangan yang muncul sangat besar tapi bukan soal biaya pembangunannya. “Tapi tantangan itu, ya ini kan panas bumi, tidak ada yang bisa ngatur,” katanya.

“Misalnya, kontrak. Di Suatu daerah, misalnya kontrak (dengan PLN) 100 megawatt tapi setelah dieksploitasi kapasitasnya hanya 70 megawatt. Nah musti runding lagi dengan PLN. Ini masalahnya,” tambah Jonan.

Mengenai tarif, menurutnya, sedang dibahas. “Feed in tarifnya kita lagi bahas, mudah-mudahan sebulan lagi sudah jadi,” paparnya.

Yang terpenting, kata dia, pembahasan feed in tarif listrik produksi PGE harus menguntungkan semua pihak. PGE sebagai pemasok, PLN penjual dan masyarakat sebagai konsumen.  “Yang penting Itu fer untuk semua, untuk PLN juga fer, nanti PLN jual ke masyarakat harganya juga terjangkau,” ungkap Menteri Jonan.

(den)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari Fajar Manado di saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *