Kawangkoan, Fajarmanado.com — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara dinilai belum all out memutus mata rantai penyebaran coronavirus disease sehingga warga Positif Covid 19 terus bertambah.
Pemkab Minahasa dianggap belum berhasil bersikap dan bertindak serius menghalau kemungkinan penyebaran virus corona yang kian memapar warga daerah berjuluk Toar Lumimuut ini.
Jangankan pelaku perjalanan, penanganan Orang Tanpa Gejala (OTG) dan warga yang berpotensi Pasien Dalam Pemantauan (PDP) karena KERK (Kontak Erat Resiko Tinggi), pun tidak diawasi ketat dan terpusat.
Para pelaku perjalanan, OTG dan KERT telah menjalani atau sementara menunggu hasil swab test, ternyata belum diisolasi di bawah pengawasan langsung tim medis Pemkab Minahasa.
Mereka hanya disarankan melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Padahal, agar terpantau dan terkontrol, selayaknya diisolasi di rumah singgah, bukan di kediaman masing-masing.
Tak heran, ada saja warga yang tengah menunggu hasil swab test berkeliaran di luar rumah dan berbaur dengan masyarakat.
Semisal, dua dari empat terkonfirmasi positif, sebelumnya KERK yang dijemput tim medis di Kelurahan SendanganTengah, Lingkungan 3, Kecamatan Kawangkoan pada Rabu, 20 Mei 2020 malam lalu.
Gara-gara hanya disarankan isolasi mandiri, mereka kedapatan berkeliaran ke luar rumah dan berbaur dengan masyarakat, berjualan di Pasar Esa Waya Kawangkoan. Sehingga, dipulangkan pengelola pasar, dipimpin Kepala Pasar Meddy Moniung.
Persoalan ini, sempat terungkap dalam pertemuan Pemerintah kecamatan Kawangkoan dengan para tokoh masyarakat setempat di Ruang Data Kantor Camat Kawangkoan, Sabtu (23/5/2020) sore.
Rapat yang dipimpin Camat Eightmi Johanna Moniung, SH, ikut dihadiri Kepala Puskesmas Kawangkoan, Dokter Martini M. Oroh, Kapolsek Iptu Anthon Tumbelaka dan Danramil 1302/08 Kawangkoan, Pelda Jefry Momongan.
Ketua Badan Takmir Masjid Kawangkoan, Hardy Kalapati mengatakan, dengan adanya warga yang telah diswab test mengisolasi diri secara mandiri di rumah, membuat penduduk sekitar cemas.
Hardy mengatakan, banyak warga yang belum memahami betul resiko dari terpapar virus corona sehingga terkesan bersikap pandang enteng, tidak menyadari dampak negatif yang bakal dialami orang-orang di sekitar dan yang kemungkinan bisa kontak fisik dengannya.
Sementara, Ketua LPM Kelurahan Sendangan Selatan, Herly Umbas menilai, saran mengisolasi diri secara mandiri di rumah agak dilematis bagi pelaku perjalanan, OTG dan mereka yang menjalani swab test karena diduga KERK.
Di satu sisi, mereka butuh biaya hidup, khususnya makan. Di sisi lain, mereka disarankan tidak ke luar rumah atau melakukan isolasi mandiri.
“Kalau di Sitaro, semua pelaku perjalanan saja, diwajibkan menjalani isolasi di rumah singgah yang disiapkan pemerintah setempat. Selama isolasi, kebutuhan hidup mereka, terutama makan ditanggung pemkab, diambil dari APBD,” ujarnya.
Karena itulah, Hardy dan Herly senada mengharapkan supaya warga yang telah menjalani dan menunggu hasil swab test, sebaiknya diisolasi di Rumah Singgah.
“Kalau diisolasi di rumah singgah, masyarakat yang kebetulan tinggal di sekitar rumah orang yang kebetulan PDP tidak akan kuatir berlebihan,” kata Hardy, yang hadir bersama Pembantu Imam Masjid Nurul Huda Kawangkoan, Syaful Masili.
Menanggapi pemanfaatan Rumah Singgah, Camat Eightmi mengatakan, Pemkab Minahasa mempersiapkan di dua lokasi.
Pertama, Rumah Wakil Gubernur Drs. Steven Kandouw di Kelurahan Peleloan, Kecamatan Tondano Selatan dan rumah panggung yang ada di kompleks Stadion Maesa Tondano.
“Ibu dokter baru konfirmasi, rumah singgah belum rampung. Mungkin minggu depan baru siap digunakan,” kata Camat Kawangkoan, Eightmi Johanna Moniung, setelah mendengar bisikan Kapus Kawangkoan, Dokter Martini Oroh, yang duduk di samping kirinya.
Penulis: Jerry Michael