Kagumi Watu Nietakan Tompasobaru, Saron: Ini Pemberian Tuhan Bagi Tou Minahasa

Tompasobaru, Fajarmanado.com — Dalam keseibukannya sebagai calon anggota legislator, Sandra Rondonuwu, STh, SH selalu menyempatkan diri berkunjung ke sejumlah potensi pariwisata.
Faktanya, Rabu (21/2/2019), srikandi yang akrab disapa Saron ini mendatangi Watu Nietakan yang ada di Desa Pinaesaan, KecamatanTompaso Baru, Minahasa Selatan (Minsel).

Bagi Saron,  yang dikenal juga sebagai pemerhati budaya ini, Watu Nietakan memiliki pesona wisata alam yang sangat luar biasa yang belum tergarap secara optimal.

Objek wisata ini, lanjut dia, bukan saja menawarkan keindahan alam, tapi juga wisata budaya di mana menurut sejarahwan muda. Bahkan, menurut Rendy Palendeng, Watu Nietakan adalah salah satu situs yang menjadi tapak sejarah peradaban Sulawesi Utara (Sulut).

Sayangnya, untuk mencapai puncak rumah Watu Nietakan tidaklah mudah. Dibutuhkan usaha ekstra keras untuk bisa mencapai bagian puncak.

Meski  begitu,  dengan susah payah, bersama sejumlah anak muda Tompasobaru, Saron berhasil mendaki hingga tiba di puncak rumah batu.

Dari puncak bukit itu, terhampar luas pesona alam yang ditawarkan dari Rumah Batu Nietakan ini.

“Ajaib memang anugerah Tuhan Yesus, Opo Empung Kasuruan yang telah diberikannya kepada kita Tou Minahasa, termasuk Watu Nietakan ini,” komentar Saron.

“Dari puncak sini kita bisa merasakan bagaimana dahsyatnya ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui situs sejarah dan alam Wale Watu Nietakan ini,” lanjut dia.

Karena itu, Saron menyatakan sangat disayangkan apabila ada tempat yang luar biasa seperti Watu Netakan ini, yang hanya dibiarkan kurang terawat.

Menurutnya, menjadi tugas semua pihak untuk memberikan perhatian khusus agar Wale Watu Nietakan bisa dikembangkan dan didorong menjadi tempat wisata favorit untuk dikunjungi.

“Saya menghimbau kepada semua warga Sulut secara khusus kepada Tou Minahasa agar wajib mengunjungi Wale Watu Nietakan agar bisa merasakan bagaimana sprit ngaasan, niatean, dan ketter Tou Minahasa masa lalu,” tandas Saron.

Penulis: Prokla Mambo