Kawangkoan, Fajarmanado.com – Sampai akhir Agustus 2016 ini pemerintah belum juga menaikkan cukai rokok dalam negeri sebagai dasar menaikan harga rokok. Namun harga berbagai jenis rokok mulai dinaikkan distributor di pasaran.
“Harga setiap sloft sudah naik. Kenaikannya berkisar empat sampai enam ribu per sloft,” kata Junus Bembanaho kepada Fajarmanado.com di Kawangkoan.
Junus, pemilik warung di Kelurahan Sendangan Selatan, Kecamatan Kawangkoan, Minahasa, Sulut ini mengaku tak bisa memrotes. “Harga rokok sudah naik. Kami tak bisa buat apa-apa jadi terpaksa ikut menaikkannya disesuaikan dengan harga beli di sub distributor,” katanya.
Penaikkan harga rokok di tingkat sub distributor, katanya, bervariasi antara Rp.4 ribu sampai Rp.6 ribu per slof. Terbesar jenis rokok Gudang Garam Surya, yakni, Rp.6 ribu per slof 10 bungkus, terkecil gudang garam internasional yang hanya Rp.5 ribu per slof 20 bungkus. Sedangkan U Mild dan Sempoerna baru naik sekitar Rp.4 ribu per slof.
“Jadi kenaikkan terendah masih pada gudang garam internasional yang dikenal dengan GGF (gudang garam filter), karena satu slofnya berisi 20 bungkus dengan kenaikkan lima ribu rupiah,” katanya.
Junus pun mengaku terus memantau perkembangan polemik kenaikan harga rokok pasca wacana ini berhembus berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany.
Hasbullan mengatakan, jumlah perokok akan berkurang drastis jika harga dinaikkan dua kali lipat atau maksimal Rp 50.000 per bungkus.
“Setahu saya, belum ada pemgumuman resmi dari pemerintah kalau cukai rokok sudah dinaikkan. Jadi aneh saja kenapa cukai belum naik harga rokok di tingkat konsumen sudah naik. Tapi, ya sudah begitu. Kami hanya pengecer, kalau tidak beli sesuai harga yang ditetapkan sub distributor, kami mau jual apa lagi karena rokok jadi daya tarik tersendiri warung kami,” ketusnya.
(ely)
