Produksi Beras Surplus, Kok Harga Beras Naik?

Jakarta, fajarmanado.com — Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan produksi beras nasional masih surplus. Produksi ini didasarkan pada angka ramalan (Aram) II Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 74,9 juta ton gabah kering giling (GKG).

Meski di atas kertas surplus, di lapangan, harga beras justru naik walau hanya tipis. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring, mengungkapkan, kenaikan harga beras di pasaran murni merupakan faktor permintaan dan penawaran.

“Kenapa harga mahal meski data kita surplus, balik lagi ke demand dan suplai yang berlaku. Dalam makro ekonomi saja ada asumsi-asumsi dasar,” jelas Hasil ditemui di kantornya, Jalan RM Harsono, Ragunan, Jakarta, Kamis (26/11/2015).

Seretnya pasokan beras di pasar, terjadi akibat banyak keluarga petani yang menyimpan hasil panen gabahnya dalam waktu lama. Sehingga ada sedikit kelangkaan beras meski data produksi menunjukan surplus.

“Masih banyak ditemukan orang simpan gabah dalam waktu lama setelah panen. Kalau simpan gabah bisa setahun lebih, kalau beras cepat rusak. Makanya orang-orang tua kita yang petani kan biasanya simpan gabah sampai tahunan. Maksud saya, itu buat flow (aliran) nggak lancar. Kalau distribusinya tidak lancar, naik turun (harga) itu pasti terjadi,” terang Hasil.

Selain kebiasaan petani yang menyimpan gabah, sambung Hasil, kenaikan harga beras terjadi karena pola distribusi yang tak seragam, sehingga menciptakan kelangkaan di beberapa daerah yang berujung pada kenaikan harga beras.

“Distribusi barang dari satu titik ke titik lain apa seragam? Apakah distribusi barang lancar? Masih nggak lancar. Ada gejolak harga itu diakui memang benar,” ujarnya.

Menurut Hasil, kendati harga beras naik, hal ini bukan berarti ada defisit produksi dengan kebutuhan beras.

“Saya Jumat kemarin ke Sukamandi, Subang. Itu mereka masih panen 24 ribu ton gabah di kecamatan itu. Di daerah lain pun sama. Kita masih surplus,” tutupnya.

Sebagai informasi, dengan produksi GKG Aram II perhitungan BPS sebesar 74,9 juta ton, bisa dikonversi beras sebanyak 41,9 juta ton beras. Sementara, kebutuhan beras dalam setahun sebesar 32,04 juta ton. Artinya menurut Kementan ada surplus beras nasional sebanyak 9,86 juta ton.

(dct/heru)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *