Pekik Merdeka Warnai Ibadah Akbar HUT 82 KGPM

KAWANGKOAN, FAJARMANADO.com—Pekik; Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!!, mewarnai Ibadah Akbar HUT ke 82 Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), organisasi gereja yang berhasil melepaskan diri dari cengkraman Indiche Klerk, gereja kolonial Belanda pada 29 Oktober 1933 di Stadion DR Sinyo Harry Sarundajang (SHS) Kawangkoan, Minahasa, Sulut, Kamis (29/10/2015).

Tak heran, Ibadah akbar yang dipimpin Ketua Majelis Gembala, Tedius Batasinah, MTh yang digelar mulai jam 2,15 sore itu, diawali dengan parade Paskibraka pemuda KGPM yang memegang bendera Merah Putih dan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sejak lahirnya, KGPM memproklamirkan diri sebagai gereja perjuangan.

“Tapi perjuangan kita sebagai warga gereja belum berakhir. Tema, Yesus Kristus dalam Kebangsaan, Kebangsaan dalan Yesus Kristus, menyadarkan akan perjuangan kita. Di dalamnya, ada tugas, mandat dan ada janji untuk mengejar peluang dengan semangat perjuangan yang telah dimandatkan oleh founding father kita,’’ kata Batasina di atas mimbar yang berada dipanggung berhadapan dengan dua tribun utama stadion.

Selang 82 tahun berdiri, katanya, ada tiga hal yang harus kita imani. Yakni, janji berkat, pemenuhan kasih karunia dan damai sejahtera. Berbagai pergumulan harus dihadapi berdasarkan ke tiga hal tersebut. Di sekitar kita tidak pernah sepi dengan berbagai isu, tantangan dan peluang. Sebagaimana tantangan Isay di padang gurun. ‘’Ingat, janji berkat Tuhan. Allah pasti menolong. Dengan begitu, kita  tidak akan kehilangan jatidiri sebagai warga gereja perjuangan,’’ papar mantan Ketua Umum Pucuk Pimpinan (PP) KGPM dua periode ini.

20151029_161020_resized_1

Senada dikemukakan Ketua PP KGPM, Presya Aling, MTh. Dalam sambutannya, dia mengatakan dalam memperingati 82 Tahun HUT KGPM, pertama yang harus dilakukan adalah bersyukur. Kedua,berefleksi apa sesungguhnya momentum 82 tahun usia KGPM. Gereja ini, menurutnya, berdiri dan melepaskan diri dari gereja Belanda, Indiche Kerk karena banyak ketidakadilan, perampasan hak dan berbagai tindakan yang diskriminatif lainnya sehingga tokoh nasional BW Lapian tergerak dan mendirikan KGPM. “Merdeka, merdeka, merdeka,’’ pekiknya yang spontan diikuti ribuan warga KGPM se tanah air yang hadir.

Ada banyak isu yang berkembang dan terjadi selama ini, termasuk kemarau panjang yang kini tengah melanda daerah ini. ‘’Ini juga menjadi tanggung jawab kita sebagai warga gereja untuk bersama-sama menggumulinya,’’ kata mantan Sekretaris PP KGPM ini.

Ketua Majelis Pertimbangan KGPM, DR SHS, selain mengurai singkat sejarah KGPM melepaskan diri dari Indiche Kerk, juga mengingatkan bahwa KGPM tidak bisa lepas dari gereja-gereja lain yang bergabung dalam PGI (Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia). Semua gereja harus bahu membahu berjuang untuk kepentingan warga gereja, masyarakat dan bangsa.

‘’Kalaupun masih ada masalah kesulitan membangun gereja dan sebagainya, saya ingatkan bahwa itu bukan karena pemerintah tetapi oknum,’’  tegas mantan Gubernur Sulut dua periode ini.

Acara akbar yang diramu tim kerja, yang diketuai Gbl. Jopie Laloan, MTh selang sekitar 3 jam tersebut, juga diwarnai dengan atraksi Tari Kabasaran Cakalele dan Masamper massal mengelilingi lintasan sintesis Red Carpet  termegah di Indonesia Timur ini. (heru)