Fajarmanado.com, Tomohon — Petani di Kota Tomohon benar menjerit. Kecemasan mereka tak kebagian pupuk bersubsidi pada tahun 2024 akhirnya menjadi kenyataan.
Ketua Komisi III DPRD Kota Tomohon, Ir. Miky Junita Linda Wenur, MAP, seperti diberitakan Fajarmanado.com, telah mencium fenomena yang mengancam produksi pangan dan usaha para petani ini, sejak awal tahun.
Merespon keluhan kelangkaan pupuk bersubsidi, Miky Wenur dan Ledys Turang, sesama anggota DPRD Tomohon dari Fraksi Partai Golkar ini, menemukan persoalan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Tomohon terlambat menginput data (link) kebutuhan sesuai e-RDKK sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Kementan RI.
Karena itulah, Miky Wenur dan Ladys Tulang lantang mengkritisi dan memberi solusi atau saran kepada pejabat instansi teknis dalam hal ini Dinas Pertanian Kota Tomohon dan melalui ruang publik dalam menjalankan fungsi pengawasan dewan.
Namun demikian, kritik konstruktif dari Miky Wenur yang terbilang figur santun, cerdas dan merakyat itu, hanya dicuekin atau tak ditanggapi dengan aksi perbaikan kinerja.
Sebaliknya, oleh lawan-lawan politik, Miky Wenur justru ‘dibully’. Sengaja mencari-cari kesalahan karena akan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Tomohon pada Pilkada Serentak 2024.
Sementara itu, pejabat teras Pemkot Tomohon yang enggan menyebut jati dirinya mengakui bahwa sesungguhnya DPRD, termasuk Miky Wenur dan Ladys Turang senantiasa berupaya mendudukan persoalan agar tidak menyimpang dan tidak memangkas hak-hak yang merugikan rakyat, termasuk petani.
Selain tidak ada alokasi pupuk bersubsidi Tomohon tahun 2024 kecuali ada revisi Permentan RI, tetapi juga dalam Raker DPRD Kota Tomohon baru berselang, Miky Wenur ketika itu Ketua Pansus LKPJ Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon Tahun 2023 juga menyatakan kekesalannya soal alokasi anggaran screen host untuk petani bunga.
Semula, sebesar Rp 2 Miliar untuk 20 penerima bantuan, tapi dilakukan pergeseran sepihak dan tinggal Rp 1 Miliar untuk 8 penerima saja.
Prisilia Tumurang menyatakan para petani bunga penerima bantuannya pun relatif tidak tepat sasaran. Banyak yang lebih berhak tidak menerimanya. Padahal di satu sisi Tomohon berupaya untuk eksport bunga krisan ke luar negeri.
Di tempat terpisah, sejumlah petani, seperti Jou Kalalo bersama dua pekerjanya Fintje Moningka dan Nelty, Ferdinand Turambi (Tara-Tara) dan Brury Sarese (Pangolombian) mengakui sulit bahkan tidak memperoleh pupuk bersubsidi di Tomohon yang membuat mereka tidak bisa menanam dan jika menanam tanpa pupuk dipastikan produksi menurun seperti tanaman hortikultura, padi dan apalagi jagung.
Dua petani lainnya, Ferdinand Turambi (Tara-Tara) dan Brury Sarese (Pangolombian) menambahkan ada yang membeli pupuk subsidi didaerah lain tetapi harganya agak mahal.
Mengenai persoalan ini, Miky Wenur, Calon Wali Kota (Cawali) Tomohon yang dimajukan Partai Golkar berharap tidak terulang lagi.
Etos kerja dan sistim kerja harus ada perbaikan dan penyempurnaan sehingga petani di Tomohon harus mendapat perhatian dan kepedulian untuk kemudahan memperoleh benih/bibit, alsintan, sarpras, ketersediaan pupuk pestisida dan organik.
Kata Miky Wenur, sosok perempuan yang peduli pertanian dan lingkungan hidup ini bahwa petani adalah ujung tombak dalam memenuhi kebutuhan perekonomian dan kesejahteraan keluarga serta terdepan mewujudkan ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan.
Isteri dari Anggota DPD RI/MPR RI Senator Ir. Stefanus BAN Liow, MAP menegaskan selama ini kritik konstruktif disertai solutif berbagai kebijakan program sttategis bukan semata mencari-cari kesalahan tetapi niat baik untuk sama-sama memperbaiki dan menyempurnakan agar Tomohon Maju, Terpercaya dan Sejahtera.
[**/heru]
