Saat Check In, Diduga Ada Korupsi di Bandara Ini

Tanjung Redeb, Fajarmanado.com – Praktik korupsi diduga terjadi di Bandara Kalimarau Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Selain harga per kilogram bagasi amat beda untuk setiap tujuan penerbangan dari maskapai yang sama, juga diwarnai tawaran turun harga dari oknum di bagian check in.

Tak sampai di situ, oknum petugas check in dan oknum petugas loket pembayaran, yang sama-sama wanita disinyalir telah menjalin kesepakatan.

Pasalnya, nota bagasi yang nilainya relatif kecil diberikan bukti kwitansi pembayaran, namun nota bagasi bernilai ratusan ribu rupiah, tidak disertai bukti pembayaran.

“Saya juga diharuskan bayar bagasi untuk kayu bajakah. Beratnya 1,7 kilogram, tapi petugas check ini bilang bayar saja 1 kilogram 54 ribu (rupiah),” ujar Mahmud, pria asal Magetan, Jawa Timur kepada Fajarmanado.com, Selasa siang (24/11/2020).

Inilah bukti pembayaran bagasi Kayu Bajakah di Bandara Kalimarau Tanjung Redeb, Berau, Kaltim pada 24 November 2020 siang.

Mahmud mengaku membawa titipan kayu bajakah yang diyakini sebagai obat itu, seberat 1,7 kilogram sesuai timbangan di bagian check in.

“Padahal, kayu itu sudah dipotong berukuran pendek, hanya beberapa centimeter sehingga bisa saja saya tenteng. Karena dibungkus dalam dus, petugas check in bilang harus masuk bagasi. Kalau tidak, tidak bisa dibawa, ditinggal saja,” ketus pria yang mengaku sudah tiga tahun berkerja di salah satu perusahaan di Kabupaten Berau ini.

Begitu pun yang dialami Budiman, pria 20-an tahun yang juga mengaku membooking penerbangan yang sama, Lion Air dari Bandara Kalimarau menuju Surabaya transit Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan.

Budiman hanya membawa dua tas panggul. “Petugas check in yang wanita itu tadi bilang, tak boleh bawa dua tas. Cukup satu biarpun sama ukuran. jadi yang satu, harus masuk bagasi,” ketus pria yang mengenakan kaos hitam dipadu celana jins ini.

“Ya, saya tak bisa buat apa lagi. Terpaksa harus bayar 300 ribu lebih,” sambung pria yang terkesan lugu ini.

Hal yang sama, juga dialami rombongan Fajarmanado.com ketika hendak bertolak dari Bandara Kalimarau,  Tanjung Redeb, Berau menuju Manado transit Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan sekira pukul 11.00 Wita hari itu.

Beranggotakan lima orang, oknum petugas check ini wanita yang tak menggantung nama di dadanya itu, juga mengharuskan semua bawaan ditimbang.

Ada satu kover yang beratnya 8 kilogram, melebihi ketentuan Lion Air 7 kilogram. “Apakah ada solusi,  mbak,” tanya Fajarmanado.com.

“Bisa. Bapak kurangi 1 kilo tapi covernya tak bisa dibawa, kerena tidak muat di kabin,” kilahnya.

Bagaimana kalau isinya yang 7 kilogram saya pindahkan. Jadi, yang dibayar masuk bagasi hanya kovernya dan kelebihan dari 7 kilogram itu.

Mendengar pertanyaan ini, wanita berkemeja putih itu berujar. “Hanya dua pilihan Pak. Kover dan barangnya dititipkan kepada keluarga di sini atau bayar bagasi,” tandasnya.

“Saya bisa kasih keringanan. Berat kovernya kan 8 kilogram, bayar saja 5 kilogram dikalikan 109 ribu (rupiah) per kilogram. Jadi, total semua 545 ribu (rupiah). Terserah bapak, bayar atau titip saja kepada keluarga di sini,” tegasnya.

Namun ketika dibayarkan di loket bertuliskan Lion Air dan Batik Air, sesuai petunjuk petugas wanita itu, notanya hanya dicap, tidak disertai kwitansi seperti yang diperoleh Mahmud, nama disamarkan ini.

Selain itu, oknum petugas check in Bandara Kalimarau tersebut tak mengizinkan setiap penumpang membawa paket ikan teri dan ikan asin.

“Kalau ikan begini harus masuk bagasi bu. Tapi harus dibayar, tidak bisa ditenteng. Apalagi sudah dimasukkan dalam dus,” ujar wanita itu kepada wanita parobaya.

“Kalau begitu, biarkan saja, ambil saja. Harga bagasi lebih mahal dengan harga ikan teri ini,” ujar ibu yang mengenakan kerudung itu sambil beranjak menuju ruang tunggu pemberangkatan.

Penulis: Herly Umbas