Desa Kanonang Satu Jadi Role Model Nasional di Tengah Covid 19, Gegara Ini

Kawangkoan Barat, Fajarmanado.com — Desa Kanonang Satu mendapat perhatian khusus Kemen Desa dan PDTT. Program pemanfaatan Dana Desa 2020 menjadi role model nasional, di tengah pandemi coronavirus disease atau Covid 19.

Faktanya, Hukum Tua (Kumtua) Desa Kanonang Satu, Lucky Kasenda, SE menjadi satu-satunya Kumtua, sebutan khas Kepala Desa (Kades) di Minahasa ini, didaulat tampil sebagai nara sumber Webminar (Web Seminar) bertajuk “Desa Dalam Badai Covid 19” 2020.

Kumtua Lucky ditandemkan dengan empat narasumber lain yang amat kompeten dalam seminar menggunakan aplikasi website yang dipandu moderator Dr. Willy Waworundeng, SSos, MSi, Senin (18/5/2020).

Empat narasumber itu, adalah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Desa dan PDTT, Anwar Sanusi, MA, PhD, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsrat Manado, Dr. Drs. Novie R. Pioh, MSi, Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Fisip Universitas Diponegoro Semarang, Dr. Kushandajani dan Bupati Minahasa, yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra, Dr. Denny Mangala, MSi.

Kumtua Lucky Kasenda menjadi pembicara, karena ada keunikan khusus pemanfaatan dana desa 2020 Desa Kanonang Satu untuk Program Pemberdayaan. Beda dengan desa-desa lain di tanah air.

Di masa pandemi Covid 19, kebanyakan desa seakan berlomba menjangkau semua warga dengan Bantuan Lansung Tunai (BLT) Dana Desa 2020.

Selain, penerima PKH, BPNT, Kartu Pra Kerja, ASN, pensiunan dan penerima tunjangan tetap pemerintah serta ‘orang kaya’ serta penerima BST Kemensos, berusaha disentuh dengan BLT dana Desa.

Pemberian BLT secara bertahap Rp600 ribu perbulan selama tiga bulan, yang kini berkembang bertambah Rp300 ribu perbulan, juga selama tiga bulan berikutnya ini, seakan menjadi solusi.

Sesuai regulasi, pagu dana desa Rp800 juta ke bawah bisa digeser untuk BLT sebesar 25 persen, di atas Rp800-Rp1,2 miliar 30 persen dan di atas Rp1,2 miliar sebesar 35 persen.

Fakta di lapangan, tidak sedikit desa yang memanfaatkan semaksimal mungkin prosentase pagu Dana Desa untuk BLT. Malahan, ada juga yang melebihi regulasi atas seizin bupati.

Beda dengan Desa Kanonang Satu, Kecamatan Kawangkoan Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara ini. Pagu dana desanya, Rp719 juta, dapat digeser sekira Rp179.750.000 untuk BLT. Namun hanya sebagian kecil yang digunakan untuk BLT Dana Desa.

“Hanya 35 keluarga yang dapat BLT Dana Desa. Itu sesuai musyawarah desa khusus,” kata Kumtua Lucky kepada Fajarmanado.com di Pasar Desa Kanonang Satu, Sabtu (23/5/2020).

Para penerima BLT tersebut adalah orang-orang yang tidak bisa produktif lagi. “Mereka adalah para Lansia dan warga yang tidak berdaya lagi untuk bekerja,” jelasnya didampingi Sekretaris Desa (Sekdes) Kanonang Satu, Happy Walangitan.

Heppy, mantan wartawan ini mengakui, menambahkan, pandemi Covid 19 relatif memukul ekonomi semua masyarakat. “Tapi kami tidak memberikan BLT kepada semua terdampak,” katanya.

Warga terdampak kebijakan pembatasan sosial yang masih produktif, tak diberikan BLT namun diberi modal usaha.

“Mereka tetap diberikan jatah. Tapi harus kerja karena masih kuat. Makanya kami beri mereka modal usaha melalui kelompok tani,” ujarnya.

Kumtua Lucky mengatakan, pemberian modal kerja tersebut merupakan dari program pemberdayaan yang menjadi fokus pemerintah (Pemdes) Kanonang Satu di tengah Covid 19.

“Kami yakin, memberikan modal kerja kepada masyarakat terdampak yang masih produktif lebih mendidik dan bermanfaat,” tutur jebolan Manajemen Fakultas Ekonomi Unsrat.

Setiap orang, disisihkan Rp1,5 juta. Bukan diberikan secara langsung dan tunai. Tetapi bertahap melalui kelompok tani, sesuai kebutuhan dana yang dibutuhkan sampai panen.

Ada 70 orang yang tergabung pada lima kelompok tani yang sudah terbentuk. Kini sementara memberdayakan lahan perkebunan di wilayah Desa Kanonang Satu dan sekitarnya dengan tanaman bawang batang. Jenis tanaman hortikultura jangka pendek, hanya sekitar dua bulan.

“Hasil panennya, milik kelompok tani dan anggotanya,” jelasnya, sambil membenarkan bahwa konsep inilah yang dipaparkan pada Webminar, 18 Mei 2020 lalu.

Selain membentuk dan memberi modal kerja kepada keluarga terdampak melalui kelompok tani, Pemdes Kanonang Satu menciptakan pula peluang usaha baru bagi warganya dengan membuka Pasar Desa mulai 5 Mei lalu.

“Ternyata, Pasar Desa ini menciptakan multyplier effect, bukan hanya bagi masyarakat desa kami tapi juga warga sekitar di tengah bencana non alam pandemi Covid 19,” paparnya.

Dengan adanya pasar desa, penduduk desa tidak perlu lagi mengeluarkan ongkos transpor dan berkerumun di Pasar Kawangkoan atau Tompaso untuk membeli sembako karena harganya relatif sama.

“Dan ternyata, para pedagang di pasar ini mendapat laba minimal 100 ribu (rupiah) setiap hari,” ungkap Kumtua Lucky.

Ada 30 pedagang yang menggelar dagangan di tenda-tenda di dua sisi jalan Drs. AJ Sondakh, yang menuju Objek Wisata Bukit Kasih Kanonang.

“Setelah saya tanya-tanya, setiap pedagang untung minimal 100 ribu setiap hari. Jika diakumulasi, maka dalam satu bulan, di luar hari minggu, setiap pedagang dapat laba rata-rata sekitar dua juta setengah (rupiah),” ungkap Kumtua Lucky.

Alumni Fakultas Ekonomi Unsrat menampik jika konsep pemberdayaan Dana Desa Kanonang Satu menjadi role model Kemendes PDTT.

“Wah.. Tidak sampai ke sana,” kelit suami dari Dokter Deysi Pantow ini.

Namun, ia tak menampik jika menjadi satu-satunya Kumtua yang diundang sebagai pembicara pada Webminar Nasional “Desa Dalam Covid 19”.

Dan, diajak kembali Sekjen Kementerian Desa PDTT, Anwar Sanusi, MA, PhD ketika berdialog dengan para gubernur dan bupati se tanah air seputar Dana Desa 2020 pada Rabu, 20 Mei 2020.

“Kalau itu memang benar. Tapi saya tidak bisa mengklaim kalau konsep pemberdayaan Desa Kanonang Satu menjadi role model nasional tahun ini,” ujarnya.

Penulis: Herly Umbas