Kawangkoan, Fajarmanado.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, dinilai belum terlalu siap memasarkan daerahnya. Iven pariwisata berskala nasional apalagi dunia tidak bakal banyak memberi kesan kepada wisatawan.
Pengamat sosial dan pariwisata Emil Max Suak SE menilai, jangankan objek wisata yang sudah ada, Pemkab pun masih mengabaikan prasarana pendukung identitas wilayah. “Gerbang masuk Minahasa saja belum atau sudah tidak ada lagi,” katanya kepada Fajarmanado.com di Kawangkoan, Sabtu (06/05/2017).
Suak menunjuk tiga pintu masuk utama Minahasa dari Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara (Minut) yang menjadi akses menuju Kota Tondano sebagai ibu kota daerah tertua di di Provinsi Sulut ini.
“Coba Anda perhatikan, adakah gapura yang telah dibuat khusus seperti masuk ke luar Kota Tomohon,” ujarnya. “Kalau pun ada, itu peninggalan pemerintahan tempo dulu. Selain kecil dan luput dari pandangan mata, juga tak pernah dirawat lagi,” sambungnya.
Pria yang mengaku telah berkeliling di hampir semua daerah pariwisata di tanah air ini, mengatakan, gapura masuk suatu daerah selayaknya dibangun khusus dan mencolok sehingga menarik perhatian wisatawan yang berkunjung.
“Kalau dibuat menarik dengan ciri khas kedaerahan, pasti dianggap unik oleh wisatawan domestik sekalipun. Karena merasa unik, pasti turis tertarik singgah dan berselfie ria dan memostingnya, maka otomatis telah ikut memromosikan daerah kita kepada keluarga, sahabat dan kerabat mereka melalui media sosial,” ujar Suak.
Ia pun merespon positif program pembangunan gapura di pintu masuk ke luar atau perbatasan desa-desa. “Tapi ketika berada di desa, kebanyakan orang lokal pun tidak tahu berada di kecamatan mana karena hampir tidak ada kecamatan yang memiliki gapura masuk ke luar di Minahasa sekarang ini,” paparnya.
Oleh karena itu, dia menyarankan Pemkab Minahasa untuk memprogramkan pula pembangunan gapura di pintu masuk ke luar setiap kecamatan sebagaimana di desa-desa.
“Kalau Pemkab tidak punya dana, bisa menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan provider untuk membangun gapura di pintu masuk kabupaten maupun kecamatan,” paparnya.
Ia pun menyorot keberadaan objek wisata alam dan budaya milik dan dikelola Pemkab Minahasa. “Kebanyakan tidak terawat dan diberdayakan. Pemkab terkesan hanya fokus menata Benteng Moraya dan Lapangan Sam Ratulangi di Tondano,” ungkapnya.
Sederetan objek wisata yang sudah lama dikenal luas kini tidak terawat. Ia pun menunjuk contoh Watu Im Pinawetengan di Tompaso, Waruga di Desa Kayuuwi, Kawangkoan Barat dan Goa Jepang Kiawa di Kelurahan Talikuran, Kawangkoan Utara.
“Saya lihat goa induk pada Goa Jepang Kiawa sudah tertutup tanah akibat longsor beberapa bulan lalu. Sampai sekarang dibiarkan begitu saja, tidak ada langkah penataan sama sekali,” kata putra Desa Kiawa Dua, yang kini membangun bisnis di Ternate ini.
Seperti diketahui, Pemkab Minahasa telah melaunching iven pariwisata bertajuk Visit Pesona Minahasa 2017 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta jelang akhir tahun 2016.
(ely)