Risiko Nyata Berhubungan Seks dengan Pengidap HIV

Fajarmanado.com — Dalam acara “Today Show” Selasa pagi yang membahas tentang positif HIV, Charlie Sheen mengatakan “tidak mungkin” dia menularkan virus HIV yang diidapnya ke setiap pasangan seksnya. 

Sheen memiliki viral load yang tidak terdeteksi, yang artinya dia menjalani perawatan dan virus HIV tersebut tidak bisa ditemukan dalam darahnya.

Dia mengatakan, telah menceritakan tentang diagnosisnya kepada pasangan seksualnya sebelum melakukan seks, dan dia telah berhubungan seks tanpa kondom dengan dua orang sejak didiagnosa.

Apakah benar HIV tidak bisa ditularkan ketika virus tidak terdeteksi?

Robert Huizenga, MD, profesor kedokteran klinis di University of California, Los Angeles, yang menangani Sheen hadir bersama sang aktor untuk menjelaskan bahwa Sheen telah melakukan pengobatan dengan obat anti-virus (ARV) sesuai dengan diagnosisnya.

Huizenga mengatakan penularan virus HIV sangat jarang pada orang-orang yang memiliki viral load yang tak terdeteksi dan menggunakan kondom dengan baik.

“Kami tidak bisa berkata bahwa itu nol, tetapi jumlahnya sangat sangat rendah,” katanya.

Seberapa rendah? Sebuah penelitian terbaru dilakukan selama 6 tahun, mengikutkan lebih dari 1100 pasangan,  di mana satu dari pasangan tersebut positif HIV.

Penelitian ini menemukan, pengobatan antivirus (ARV) dini bisa mengurangi resiko penularan sebesar 93 persen.

Studi lain, yang saat ini memasuki tahun kedua, sejauh ini menemukan nol kasus penularan pada pasangan seks. Bahkan beberapa dari pasangan tersebut tidak menggunakan kondom.

Tetapi “viral load yang tak terdeteksi” hanya mengacu pada tingkat virus dalam darah seseorang saja.

Virus tersebut mungkin masih bisa ditemukan dalam cairan genital seperti semen, cairan pra-ejakulasi, dan cairan vagina. Itu sebabnya para ahli merekomendasikan bahwa orang dengan HIV harus menggunakan kondom ketika melakukan berbagai macam seks, vagina, anal, atau oral.

Bagaimanapun, sebagian pasangan pengidap HIV memang tidak menggunakan kondom, sebagian karena adanya pil pencegah yang disebut Truvada, yang lebih dikenal dengan pre-exposure prophylaxis (PrEP).

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal JAMA Internal Medicine, para peneliti di klinik infeksi menular seksual menyediakan PrEP kepada 437 laki-laki dan wanita transgender yang berhubungan seks dengan laki-laki dari populasi beresiko tinggi terinfeksi HIV.

Setelah satu tahun, hanya dua dari mereka yang tertular HIV dan mereka berdua merupakan orang-orang yang dosis obat dalam darah mereka rendah. Hal itu menunjukkan bahwa mereka hanya mengonsumsi setengah dari dosis yang dianjurkan.

Kemungkinan lain mereka kurang peduli tentang hubungan seks tanpa kondom dengan pasangan yang positif HIV.

Saat ini Human Immunodeficiency Virus (HIV) memang tidak lagi ditakuti seperti di era 80-an atau 90-an. Bahkan, dokter Sheen mengatakan dia lebih khawatir tentang perlakuan yang akan didapat pasiennya daripada virus itu sendiri.

“Kekhawatiran terbesar saya dengan Charlie sebagai pasien adalah perlakuan yang akan dia dapat dan depresi dari penyakit ini, lebih dari apa yang HIV bisa sebabkan dalam hal memperpendek hidupnya karena ini tidak akan terjadi,”  katanya.

Namun, tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS, tahap akhir dari infeksi ini. Jadi, lebih baik berhati-hatilah. (dtc/heru)